Tanah Papua Sorganya Burung
Mengenal 10 burung cantik di Papua
Berikut ini burung-burung terbaik di tanah Papua yang kerap memikat wisatawan.
01. Nuri Sayap Hitam.
02. Cendrawasih.
03. Sikatan Biak.
04. Robin Salju.
05. Kasuari.
06. Maleo Waigeo.
07. Maleo Kamur.
08 Perling Papua.
09. Kehicap Biak
10. Bondol Arfak
Papua merupakan provinsi di Indonesia yang terletak paling timur. Daerah ini adalah pulau terluas kedua di dunia. Dibatasi langsung oleh dua samudera dan dua negara, salah satunya Australia. Karena itulah, terdapat kemiripan fauna di kedua wilayah ini.
Pulau Papua dihuni lebih dari 600-an jenis burung. Rata-rata, mereka memiliki bentuk fisik yang cantik. Sebagian merupakan spesies endemik. Satwa ini hidup liar di alam bebas. Saat ini, jumlahnya mengalami penurunan akibat perburuan ilegal dan kerusakan ekosistem.
Kecantikan spesies unggas dari Papua memang sudah tersohor ke seluruh dunia. Mereka diam dan menetap di suatu kawasan, seperti pegunungan, hutan, dan pantai. Berikut ini burung-burung terbaik di tanah Papua yang kerap memikat wisatawan.
01. Nuri Sayap Hitam
Nuri sayap hitam
Berukuran tubuh 30 cm, burung ini memiliki bulu yang didominasi warna merah. Sementara bagian kepalanya diselimuti gradasi ungu-merah. Namun, sayap hingga punggungnya berwarna hitam. Mereka tinggal di hutan belantara atau perkebunan kelapa.
02. Cendrawasih
Cendrawasih
Siapa yang tidak mengenal cendrawasih? Salah satu burung terindah di dunia. Satwa ini dikaruniai bulu yang beraneka warna dan bentuk. Saking cantiknya, mereka pun dijuluki burung dari surga “bird of paradise” oleh masyarakat.
03. Sikatan Biak
Sikatan Biak
Burung sikatan biak memiliki ukuran hanya 13 cm. Spesies ini berbulu hitam-biru dengan kombinasi abu-abu di bagian bawah. Dari kejauhan, bulunya tampak kebiruan dan menyala terang. Meskipun tidak seindah nuri atau cendrawasih, sikatan biak ditetapkan sebagai satwa endemik.
04. Robin Salju
Robin Salju
Mendengar kata “salju”, mungkin tebersit gambaran fisik burung dengan bulu putih bersih. Namun, yang terjadi pada burung ini, sebaliknya; memiliki beragam warna bulu. Ukurannya kecil sehingga terlihat imut dan cantik. Mereka biasa hidup di ketinggian hingga 3.000 mdpl, termasuk kawasan pegunungan Jayawijaya.
05. Kasuari
Kasuari
Sebagai salah satu satwa langka, Kasuari mendapatkan perlindungan secara khusus. Ciri-ciri yang melekat pada burung ini, yaitu adanya gelambir di bawah leher. Sebagian besar bulunya berwarna hitam. Bagian leher didominasi ungu, jambul kuning, dan berkaki besar.
06. Maleo Waigeo
Maleo Waigeo
Burung unik ini memiliki tubuh berukuran 43 cm. Warna bulunya terdiri dari cokelat dan abu-abu. Seperti ayam, mereka mempunyai jengger dan gelambir berwarna merah. Mereka hidup di hutan dengan ketinggian tempat hingga 600 mdpl. Sayangnya, populasi spesies ini semakin menurun akibat perburuan liar serta predator.
07. Maleo Kamur
Malio Kamur
Burung ini berukuran 56 cm. Warna bulu didominasi hitam dengan paruh memucat. Kakinya besar, agak miring, serta kemerahan. Mereka suka memangsa hewan artropoda dan vertebrata kecil. Biji-bijian juga menjadi intaiannya sewaktu-waktu.
08. Perling Papua
Perling Papua
Perling papua memiliki ekor panjang dengan ukuran tubuh antara 28-40 cm. Bentuk ekornya bersusun dan mempunyai lipatan-lipatan unik. Termasuk kategori burung jalak, satwa ini pun didominasi bulu hitam. Namun, semua itu tida mengurangi keunikannya.
09. Kehicap Biak
Kehicap Biak
Ukurannya sangat mungil, sekitar 17 cm. Tubuhnya berbulu hitam kombinasi kuning. Warna hitam menyebar dari kepala, punggung, daerah wajah, hingga ekornya. Sementara kuning mendominasi bagian perut, sayap, sampai pangkal ekor.
10. Bondol Arfak
Bondol Arfak
Bondol dalam bahasa daerah disebut juga burung pipit. Ukuran tubuhnya hanya 10 cm. Bagian kepala hingga leher bercorak putih, sedangkan punggung dan dadanya berwarna kuning terang. Mereka berhabitat di Pegunungan Arfak, sekitar danau, serta padang rumput.
Itulah 10 burung unik yang berasal Papua. Hingga kini, lebih dari 50 burung dinyatakan dalam status endemik langka. Keberadaannya nyaris punah akibat perburuan liar.
Sumber