Marsialap Ari, Salah Satu Bentuk Gotongroyong Suku Batak


Marsialap Ari: Kearifan Lokal dari Tanah Batak yang Layak Dicontoh

Batak Channel - Bangsa Batak terkenal dengan rasa persaudaraannya yang kental. Dan sudah sejak dari zaman terdahulu pula kearifan lokal yang tercipta di tengah masyarakat merupakan wujud nyata dari bentuk persaudaraan tersebut. Karena itulah, saling bekerja sama dan tolong-menolong merupakan salah satu ciri orang batak. Para pendahulu lalu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari hingga lahirlah yang namanya Marsialap Ari.
Secara harfiah, Marsialap Ari berasal dari dua kosa kata dasar yakni “Alap” dan “Ari”. Alap berarti jemput dan ari berarti hari. Sedangkan “Marsi” merupakan gabungan dari awalan kata “Mar” dan kata sambung “Si”. Maka, marsialap ari diartikan secara umum sebagai kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama untuk tujuan saling membantu sehingga meringankan suatu pekerjaan tertentu. Pekerjaan dimaksud adalah pekerjaan yang membutuhkan sumber tenaga yang banyak, seperti pekerjaan menanam padi di ladang, mencangkul sawah dan pekerjaan lain yang sejenis.

Kearifan lokal yang sarat nilai positif ini dilakukan oleh beberapa orang dengan visi pekerjaan yang sama seperti yang disebutkan di atas yaitu meringankan dan mempercepat penyelesaian suatu pekerjaan. Teringat beberapa tahun yang lalu saat berada di kampong, penulis dan teman-teman anak muda sekampung pernah melakukan kegiatan marsialap ari. Hal inilah yang dialami penulis ketika merasakan langsung manfaat dari marsialap ari.

Ketika itu, kami melakukan kegiatan marsialap ari dengan jumlah peserta sebanyak delapan orang. Kami semua memulai bekerja dari satu orang pertama, sebut saja Banua, mencangkul di sawahnya selama satu hari. Kemudian pindah keesokan harinya ke sawah Kamson, lalu sawah Jones dan seterusnya hingga semua lahan kerja peserta kebagian jatah untuk disambangi.


Tentu saja, dalam pelaksanaannya, marsialap ari ini tidak melulu dilakukan dalam hitungan hari beruntun. Bisa saja, hutang marsialap ari Banua terhadapa Jones karena Jones telah bekerja di sawahnya, dapat dibayarkan di bulan depan. Misalnya, seorang peserta marsialap ari bernama Mikar bisa saja mengatakan “Ke sawahku, minggu depan saja ya,” ketika sudah tiba giliran ke dia. Dan itu tidak menjadi masalah sepanjang semua peserta bersedia dengan permintaan tersebut.

Sewaktu kegiatan marsialap ari berlangsung inilah rasa persaudaraan semakin terjalin erat. Saling bercanda gurau dan bergembira sembari mengayunkan cangkul, menjadikan pekerjaan yang tadinya berat jadi terasa ringan. Meski tak terbantahkan bahwa gosip juga menjadi sesuatu hal yang menarik untuk diperbincangkan selama berada di atas lumpur.

Begitulah, budaya kerja yang sifatnya saling membantu ini telah turun-temurun dari para pendahulu kita. Filosofi yang terkandung di dalamnya mengandung makna yang sangat dalam juga luas. Mulai dari persatuan, kekeluargaan, kerja sama, kegembiraan, tolong-menolong hingga kedekatan emosional dapat kita rasakan secara langsung setelah mempraktekkan marsialap ari.


Sejatinya marsialap ari bukan hanya terjadi di masyarakat pedesaan, tetapi juga di masyarakat perkotaan yang terlanjur disebut ‘modern’. Dalam sebuah institusi atau perkantoran misalnya, hubungan antara karyawan yang satu dengan yang lainnya saling terkait paut dalam mencapai tujuan akhir dari suatu pekerjaan.

Dalam hal ini istilah yang umum dipakai adalah kerja sama tim. Hanya saja, kekeluargaan dan kedekatan emosional belum tentu dapat kita rasakan, sebaliknya rasa iri dan saling menjatuhkan sesama karyawan seolah sudah menjadi kebiasaan yang termaklumi.

Barangkali melihat dari sisi baik yang dirasakan oleh penulis langsung ketika mempraktekkan marsialap ari, kita dapat belajar untuk menerapkan filosofi yang terkandung di dalamnya dan kita aplikasikan dalam kehidupan kita sehari-hari. Karena inti dari suatu kehidupan bermasyarakat secara tidak langsung dapat kita peroleh apabila menerapkan marsialap ari dalam kehidupan kita sehari-hari. Jika begitu, ayo kita marsialap ari dongan!

Sumber